Hukum Allah adalah Penghiburan
_oOo_
Satu kegagalan utama bangsa Israel di hadapan Allah, yakni kesadaran mereka terhadap hukum Allah, bahwa hukum Allah adalah beban, bukannya sebagai penghiburan. Penulis Mazmur berkata, “Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya Tuhan, maka terhiburlah aku. Ketetapan-ketetapan-Mu adalah nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing,” Mazmur 119:52, 54.
Hukum Allah datang kepada umat Israel di saat mana “hukum akal budi” dan “hukum dosa” telah berkuasa penuh atas kesadaran mereka, itulah maka hukum Allah dipandang sebagai “beban yang sangat berat untuk harus dipatuhi.” Memang, lewat akal budi yang sangat dikuasai oleh dosa maka kita akan melihat hukum Allah sebagai beban yang sangat berat. Bahkan, kita mudah menuduh bahwa hukum Allah itulah dosa.
Paulus berkata, “Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah MENGENAL DOSA,” Roma 7:7.
Ketika Anda MAMPU MENGENALI dosa-dosa yang telah lama menggrogoti jiwa Anda, apakah ini tidak menjadi penghiburan bagi Anda, karena kini Anda dapat memperbaiki hal-hal yang salah dan melanjutkan hidup dengan lebih gembira?
Ketika Anda MAMPU mengenali bahwa BERSELINGKUH adalah dosa, apakah ini tidak menjadi penghiburan bagi Anda? Ketika Anda sebagai suami MAMPU menyadari bahwa “suka marah-marah kepada istri” adalah dosa, apakah ini tidak menjadi penghiburan bagi Anda, karena kini Anda dapat membahagiakan istri Anda? Atau apakah sebaliknya, malah terasa ada beban berat?
Kristus Yesus hendak memperbaiki cara pandang orang-orang Yahudi terhadap hukum Allah, agar mereka mampu merasakan “penghiburan Allah” YANG TIMBUL dari hukum Allah. Yesus berkata, “Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan," Matius 11:30.
Hukum Allah membuat dosa-dosa yang tersembunyi di dalam diri kita terlihat jelas oleh kita maka kita sadar akan dosa-dosa yang sementara menggrogoti jiwa kita. Ketika ini terjadi, permasalahannya bukan pada hukum Allah, melainkan pada diri kita. Namun, banyak orang Kristen malah menuding kesalahan pada hukum Allah. Masalahnya bukan pada hukum Allah melainkan pada dosa-dosa yang masih bercokol pada diri kita.
Sekalipun kita tidak pernah sempurna, namun hukum Allah adalah baik dan sempurna. Hukum Allah menunjukkan hal-hal yang baik agar kita memperoleh berkat-Nya. Tetapi, bagaimanapun, hanya oleh Roh Kudus maka kita mampu menaati hukum Allah. Hanya oleh Roh Kudus maka kita dapat merasakan penghiburan yang TIMBUL dari hukum Allah.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona
]

Persekutuan Studi Reformed
04 Juni 2018