Tabut Tuhan dirampas
 
( Eksposisi 1 Samuel 5 )
 
_oOo_
 
Dari Ibadah PSR 21 Juli 2018
Presenter
: Ev. Inawaty Teddy.
 
Pengantar
 
Dua kali Israel bertempur dengan Filistin tetapi mereka selalu kalah. Pada kekalahan pertama, 4000 tentara Israel mati, sehingga Isreal berpikir, “Ah kalau kita membawa Tabut Tuhan, pasti kita menang.” Maka mereka membawa Tabut Tuhan ke medan pertempuran, tetapi kakalahan mereka malahan menjadi lebih parah yaitu 30 ribu tentara Israel mati. Bahkan, Tabut Tuhan diambil oleh Filistin.
Di dalam dunia kuno, kalau dua bangsa bertempur, terutama yang dianggap bertempur adalah allah-allah mereka. Memang, jika mereka bertempur, biasanya membawa patung allah-allah mereka. Sehingga kekalahan Israel tentu saja dianggap bahwa Allah Israel yang kalah. Biasanya, bangsa yang menang akan mengambil patung dari allah yang kalah dan dibawa ke kuil allah mereka untuk dipersembahkan kepada allah yang menang itu.
Tabut adalah tumpuan kaki Allah, bukan patung Allah. Bangsa Israel tidak memiliki patung Allah sehingga orang Filistin mengambil Tabut Tuhan dan meletakkannya di dalam kuil Dagon di Asdod. Mereka mempersembahkan Tabut kepada Dagon, allah orang Filistin.
 
Yahwe menang mutlak.
 
Pada ayat 3 dan 4, dinyatakan, keesokan harinya, pagi-pagi benar, ketika orang Filistin itu bangun, terlihat Dagon terjatuh. Lalu mereka mengambil Dagon dan mengembalikan Dagon ke posisinya. Esok harinya lagi, Dagon terjatuh dengan muka menghadap ke tanah di hadapan Tabut Tuhan. Kepala Dagon dan kedua tangannya terpenggal, dan terpelanting ke ambang pintu.
Ayat 3 dan 4 menggambarkan, bukan Allah Israel yang takluk atau kalah kepada Dagon, melainkan sebaliknya, yaitu Dagon yang tersungkur di hadapan Tabut Tuhan. Sehingga ini jelas menyatakan bahwa Allah Israel yang menang. Betul bahwa Ia membiarkan Tabut-Nya diambil atau dirampas namun bukan berarti Ia kalah.
Ayat 3 dan 4 menyatakan ejekan kepada Dagon, bahwa Dagon terjatuh dan tidak bisa berdiri sendiri. Dagon harus di bantu manusia untuk berdiri lagi. Perhatikan ungkapan “mereka mengambil Dagon.” Kata “mengambil” berulang kali disebutkan sejak pasal 4, ini jelas merupakan permainan kata untuk menegaskan suatu ejekan kepada Dagon. Kata “ambil” dan “rampas” pada pasal 3 dan 4 menggunakan kata Ibrani yang sama. Di sini, Alkitab hendak menegaskan ketidakberdayaan Dagon.
Juga, pada ungkapan “mengambil Dagon,” menyiratkan pembalasan Allah. Dahulu mereka “mengambil Tabut,” tetapi sekarang, mereka “mengambil Dagon.” Allah melakukan pembalasan kepada orang-orang Filistin.
Ungkapan “Kepala Dagon yang terpenggal” menunjukkan Dagon yang tidak bisa lagi berpikir apa-apa. Ungkapan “Tangan Dagon yang terpenggal” menunjukkan Dagon yang tidak bisa lagi melakukan apa-apa. Kebiasaan masyarakat kuno, memenggal kepala lawan artinya “menang mutlak,” sebagaimana Daud memenggal kepala Goliat. Jadi, ayat 3 dan 4 menggambarkan Allah menang mutlak atas Dagon.
 
Illah-illah ambang Pintu.
 
Di akhir ayat 4 ada penekanan tentang “ambang pintu.” Pada Hakim-Hakim 19:22-27, tentang gundik Lewi yang diperkosa semalam-malaman dan pagi-pagi tergeletak di depan pintu rumah memegang ambang pintu, adalah hal yang menggambarkan seseorang yang meminta pertolongan. Jadi, kepala dan kedua tangan Dagon yang terpelanting ke ambang pintu menggambarkan Dagon yang meminta pertolongan kepada allah ambang pintu.
Memang, ada kepercayaan dunia kuno bahwa setiap ambang pintu mempunyai allah, itulah mereka selalu melompati ambang pintu. Dan, bangsa Israel tampaknya telah jatuh kepada kepercayaan kuno ini, kita dapat melihatnya pada Zefanya 1:9 di mana Allah akan menghukum mereka karena menganut kepercayaan kuno ini.
 
Allah sendirian membalikkan keadaan.
 
Alkitab kita berkali-kali menunjukkan kepada kita bahwa Allah mampu sendirian membalikkan keadaan. Kepada orang-orang yang tadinya memandang rendah Allah Israel, kemudian Allah membuat mereka berbalik harus mengakui bahwa Allah Israel adalah sungguh dahsyat. Contohnya Firaun, Raja Mesir, tadinya begitu memandang rendah Allah Israel (Kel. 5:2), kemudian ditekan kuat oleh Allah sehingga ia harus berbalik mengakui kedahsyatan Allah Israel (Kel. 9:27; 12:3-32).
Allah kita adalah Allah yang mampu sendirian membalikkan keadaan. Dari 1 Samuel 5 dan 6, kita dapat melihat jelas bagaimana Allah membalikkan keadaan. Tadinya orang-orang Filistin memandang rendah Allah Israel dengan mempersembahkan Tabut Tuhan kepada Dagon (1 Sam. 5:2), kemudian mereka ditekan dengan kuat oleh Allah sehingga orang-orang Filistin harus berbalik mengakui kedahsyatan Allah Israel (1 Sam 6:7-8).
 
Allah yang self-sufficient.
 
Dari 1 Samuel 5, kita melihat Tabut Tuhan telah diambil oleh orang Filistin. Apakah Allah dapat menolong diri-Nya sendiri? Nyatanya, Allah membiarkan Tabut-Nya dirampas, kemudian Allah menekan dengan sangat berat kelima kota orang Filistin dengan berbagai tulah dan kegemparan maut untuk memaksa orang Filistin mengembalikan Tabut kepada bangsa Israel.
Allah kita adalah Allah yang self-sufficient. Allah kita sama sekali tidak membutuhkan pertolongan manusia. Hal ini sangat berbeda dengan kepercayaan dunia kuno, allah-allah mereka masih membutuhkan pertolongan manusia, bahkan allah-allah perlu diberi makan oleh manusia.
 
Allah yang menggenapi apa yang dikatakanNya.
 
Ketika Tabut Tuhan dirampas, bagi orang-orang Israel, hal ini terlihat bahwa Allah mereka kalah, padahal sebenarnya Allah Israel tidak kalah. Allah membiarkan Tabut dirampas sebagai cara Allah untuk menghukum Hofni dan Pinehas karena Allah telah menetapkan penghakiman bagi keluarga Eli. Tabut Tuhan dibiarkan-Nya dirampas sebagai cara-Nya untuk menggenapi apa yang telah dikatakanNya sebagai penghakiman terhadap orang-orang fasik.
 
Refleksi.
 
Kita harus tetap melihat bahwa Allah kita adalah Allah yang menang, dan Allah kita adalah Allah yang self-sufficient, dan jangan pernah berpikir bahwa Allah membutuhkan kita. Kita harus dalam perspektif yang benar dalam melayani Tuhan. Kita tahu bahwa Allah tidak membutuhkan kita tetapi kalau Allah mau memakai kita untuk melayani-Nya maka ini sebagai anugerah-Nya. Kita harus memiliki hati yang sungguh bersyukur kalau Allah berkenan memakai kita. Layanilah Tuhan dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur bahwa Ia berkenan memakai kita.
Kita harus mengajarkan kepada anak-anak kita bahwa kesempatan melayani Tuhan adalah anugerah yang patut disyukuri sehingga dalam melayani Tuhan anak-anak kita melakukannya dengan kesungguhan hati, tidak dengan cara yang sembarangan, tidak ogah-ogahan, dan tidak melihatnya sebagai beban berat.
Allah kita adalah Allah yang adil. Ia pasti akan menghukum musuh-musuh-Nya dengan berat. Kita seringkali tidak sabar dengan cara Tuhan menghukum musuh-musuh-Nya, tetapi kita harus tetap yakin bahwa akan tiba waktunya Allah menghukum musuh-musuh-Nya dengan dahsyat. Kita perlu bersabar. Allah kita Allah yang adil yang tidak selalu membiarkan orang-orang fasik menang. Barangkali kita tidak bisa menikmati keadilan Allah itu di dalam hidup ini tetapi pasti kita dapat menikmatinya setelah kedatangan Kristus yang kedua kali.
[ Inawaty Teddy]
Persekutuan Studi Reformed
24 Juli 2018
 
Pin It

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan