KELAHIRAN KRISTUS
MENGAMBIL RUPA MANUSIA
_oOo_
 
Pengantar
 
Siapakah Kristus dari Nazaret yang telah lahir di Betlehem itu? Apakah Dia Anak Allah yang datang menjadi manusia? Ataukah Dia hanyalah seorang manusia yang dipilih Allah menjadi penyelamat semua manusia? Konsep Allah mengalami “inkarnasi” dalam bentuk manusia adalah sesuatu yang sulit dipahami bagi semua orang karena Tuhan berbeda dengan manusia. Terlebih konsep monoteisme yang “keras” yang ada di dalam agama tertentu sangat menolak konsep Allah yang menjadi manusia, karena ini adalah hal yang tidak masuk akal, sebab Allah yang transenden dan tidak berbentuk materi tidak mungkin menjadi manusia. Beberapa penolakan juga muncul dari ajaran-ajaran sesat seperti Docetism yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus cuma kelihatannya saja mempunyai tubuh manusia, tetapi sebetulnya itu bukan betul-betul tubuh. Ebionisme yang menolak pra eksistensi Kristus dan natur ilahi-Nya. Demikian halnya dengan beberapa ajaran sesat lainnya (Gnostisime, Arianisme, Monarkianisme, Sabellianisme, dll.) yang semuanya menolak konsep Allah yang menjadi manusia.
 
Allah Tritunggal dan Inkarnasi
 
Adalah tidak mungkin dan bahkan mustahil mengenal eksistensi Allah dan seluruh ciptaan-Nya dengan mengesampingkan Kristus. Mengerti Kristus Tuhan Allah yang menjadi manusia harus dilihat dalam terang Allah Tritunggal. Karena hanya di dalam pengertian yang benar akan Allah Tritunggal sajalah kita akan mengerti Allah menjadi manusia dan mengapa Dia harus datang ke dunia ini di dalam natur manusia. Allah adalah esa akan tetapi juga tiga, inilah konsep Trinitas yang kita yakini.
 
Trinitas mengajarkan kita tentang ketigaan Allah dan keesaan Allah. Tiga pribadi ini masing-masing sepenuhnya adalah Allah dan masing-masing pribadi ini berbeda satu sama lain. Ketiga pribadi ini berelasi satu sama lain secara kekal sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Realitas Trinitas ini adalah sesuatu yang riil, tidak hanya dalam natur-Nya sebagai Allah tetapi juga riil di dalam keberbedaan-Nya. Bapa, Anak dan Roh tidak sinonim. Masing-masing menyatakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang khas tentang Allah, akan tetapi ketiga-Nya tidak ada yang berkontradiksi. Pengajaran Trinitarian yang paling kaya dan jelas dalam Injil dapat kita jumpai dalam diskursus Yohanes sebelum kematian Yesus. Yohanes 17, khususnya ayat 5, 10-11, 22 dan 26. Di sini Yesus mengungkapkan keintiman kekal dengan Bapa dan berjanji untuk mengutus Roh Kudus dari Bapa kepada Gereja (Yoh. 14;16-18, 26; 15:26; 16:13-15; 20:21-22). Inilah Trinitas yang kita yakini di dalam Alkitab.
 
Di dalam tulisan ini, penulis tidak akan memberikan penjelasan secara rinci akan doktrin Trinitas. Akan tetapi dari prinsip dasar Trinitas ini penulis ingin berfokus pada keilahian Anak sebagai pribadi yang kedua, yakni Kristus yang berinkarnasi. Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia adalah pribadi kedua dari Allah Tritunggal dan Dia adalah Tuhan. Hal itu jelas bagaimana para penulis Perjanjian Baru memakai kurios sebagai sebutan ilahi untuk Kristus bahkan sebelum kelahiran Yesus. Contohnya ketika Maria, Ibu Yesus, mengunjungi Elisabet dan Elisabet bertanya, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahihmku melonjak kegirangan.” (Luk. 1:43-44). Melonjaknya bayi Yohanes adalah respon supranatural yang pantas untuk kunjungan ilahi. Pemakaian kata “Tuhan” oleh Elisabet dipahami sebagai sebuah pengertian sanjungan. Kemudian para malaikat memberitakan kepada para gembala di padang rumput: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. (Luk. 2:11). Malaikat memberitakan bahwa Mesias yang telah lama dinanti-nantikan, yakni Kristus yang telah lahir itu, adalah Ia yang menyandang sebutan Tuhan. Klimaks pemakaian kurios tercatat dalam Matius 22:43-46, dimana Yesus membungkam para pengkritik Yahudi dengan mengutip Mazmur 110:1: “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” Kurios di sini adalah Tuhan perjanjian, yaitu Yesus Kristus.
 
Lalu mengapa Yesus Anak Allah bukan Bapa atau Roh Kudus yang berinkarnasi? Penetapan ini adalah jelas bukan suatu peristiwa yang kebetulan. Itu adalah rencana Allah yang maha bijak. Dan mengapa Anak yang berinkarnasi? Jawabannya adalah karena Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15). Manusia adalah gambar dan rupa Allah yang diciptakan, dan manusia diciptakan menurut pola Kristus sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan, karena itu Dia Anak Allah yang ditetapkan di dalam kekekalan datang ke dalam dunia dan mengambil rupa manusia. Di dalam Yehezkiel pasal 1 ayat 28, Yehezkiel berkata: “Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN.” Siapakah gambar kemuliaan Allah? Tentu Dia adalah pribadi Kedua Tritunggal, Allah Anak (Band. Yoh. 1:18). Seperti yang dikatakan John Frame, “Fakta bahwa Yesus diperanakkan dan dilahirkan dalam sejarah, memberi isyarat tentang natur-Nya yang kekal. Peranakan bumiah ini menggambarkan sesuatu tentang relasi kekal-Nya dengan Bapa. Mengatakan bahwa Anak diperanakkan dalam kekekalan dari Bapa sama halnya dengan mengatakan bahwa sesuatu tentang natur ilahi-Nya menjadikan Dia cocok untuk diperanakkan dalam ruang waktu.” (John Frame, Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief, P&R Publshing, 2013).
 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya Anak yang menjadi daging dan mengambil sifat dan rupa manusia, sedangkan Bapa maupun Roh tidak mengambil tubuh manusia maupun natur manusia selain natur Ilahi. Ke-Anakan Yesus menekankan relasi Yesus dengan Bapa, Tuhan menekankan relasi-Nya dengan umat-Nya. Ke-Tuhanan menyiratkan ke-Anakan, dan ke-Anakan menyiratkan ke-Tuhanan.
 
Kelahiran Kristus dari Seorang Perawan
 
Setelah kita mengetahui bahwa hanya Anak lah yang ditetapkan Bapa untuk datang ke dalam dunia dengan mengambil rupa manusia, maka kedatangan-Nya menjadi manusia hanya memungkinkan melalui kelahiran. Kelahiran menjadi satu-satunya jalan akan Dia yang datang menjadi manusia, karena ini berhubungan dengan janji Allah di dalam Kejadian 3:17, yaitu “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya: keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Akan tetap kelahiran Kristus berbeda dengan kelahiran manusia, karena Ia lahir dari rahim seorang perawan. Hal ini ditegaskan di dalam Matius 1:24-25: “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.” Kristus tidak dilahirkan dari hubungan suami isteri seperti yang terjadi pada semua keturunan Adam, tetapi dilahirkan oleh seorang perawan. Bahkan setelah Maria melahirkan Yesus, ia tetap seorang perawan.
 
Mengapa kelahiran Kristus dari seorang perawan begitu penting? Karena untuk menunjukkan kepada kita tiga hal, yaitu natur dalam keilahian-Nya, natur dalam kemanusian-Nya, dan ketidakberdosaan Kristus. Keilahian-Nya ditunjukkan melalui berita bahwa Maria akan mengandung seorang anak laki-laki karena kuasa Roh Kudus. Ia adalah Tuhan yang kekal, ada sebelum penciptaan dan ada untuk selama-lamanya. Kemanusian-Nya ditunjukkan bahwa Ia benar-benar manusia menjadi sama dengan kita (Rm. 8:3) akan tetapi kemanusian-Nya tidak berdosa. Ia memiliki tubuh dan jiwa, serta melakukan aktivitas-aktivitas manusia pada umumnya (Mat. 1:21, 23, 2:1, 8:20, 4:23, 26:38). Bahkan di dalam kemanusian-Nya, Ia mati (Mat. 27:50). Kemudian, Ia adalah benih yang kudus dari Roh Kudus sebab Ia tidak dilahirkan dari keturunan Adam yang sudah berdosa. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang dikerjakan oleh Roh Kudus adalah kudus sehingga sekalipun natur manusia Kristus lahir dari Maria yang adalah keturunan Adam yang berdosa maka Kristus tetap kudus adanya.
 
Mengapa Dia datang menjadi manusia dan menjadi sama dengan kita? Kedatangan Kristus Tuhan menjadi manusia berhubungan dengan kejatuhan kita, manusia, dalam dosa, bukan untuk memulihkan ciptaan ini (sekalipun pada waktunya ciptaan-Nya pun akan diperbaharui). Karena dosa, maka manusia membutuhkan karya keselamatan dari Tuhan. Oleh sebab itu peristiwa Inkarnasi harus dipandang dari sisi penebusan bukan penciptaan. Anak/Firman yang sudah ditetapkan di dalam kekekalan harus berinkarnasi menjadi manusia supaya melalui kemanusian-Nya dosa dan maut sebagai upah dosa sekaligus Iblis dikalahkan. Dan kita, manusia, yang adalah gambar dan rupa Allah yang sudah jatuh itu beroleh kembali persekutuan yang hidup dengan Allah Bapa melalui Kristus Tuhan.
 
Penutup
 
Kelahiran Kristus dapat dikatakan dimulainya era yang baru karena Kristus lahir dari perawan Maria. Kristus sebagai inisiator akan era yang baru menjadi berita sukacita besar bagi manusia yang berdosa. Melalui kelahiran Kristus yang adalah benih yang kudus, keselamatan yang dinantikan oleh seluruh manusia berdosa sudah tiba dan tergenapi.
 
Selamat Natal 2019. Tuhan memberkati.
[ Mulatua Silalahi ]
 
Pin It
 
 

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan