AJARAN SESAT YANG DITENTANG PAULUS
DI DALAM SURAT-SURAT PASTORAL
_oOo_
 
Definisi Ajaran Sesat (Bidat)
 
Ajaran sesat disebut juga bidat. Kata “bidat” diserap dari kata Arab, “bid(a)ah,” yang artinya “Suatu ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran resmi.” Kata bidat (Bhs Inggris: heresy, Yunani: hairesis), muncul 9 kali di dalam Perjanjian Baru (antara lain: 1Kor 11:19, Gal 5:20, 2Pet 2:1, Kisah 24:14, Tit 3:10).
 
Menurut Dr. H. Berkhof dan Dr. I. H. Enklaar, “Bidat ditinjau dari sudut Historis adalah persekutuan (yang kecil) yang dengan sengaja memisahkan diri dari gereja besar dan ajarannya menekankan iman Kristen secara berat sebelah, sehingga teologinya dan praktek kesalehannya pada umumnya membengkokkan kebenaran Injil”.
 
Titik tolak untuk menyatakan suatu ajaran sebagai ajaran sesat menjadi perdebatan tersendiri. Umumnya gereja menggunakan Alkitab sebagai tolak ukur apakah suatu ajaran menyeleweng dari ajaran Tuhan. Namun persoalannya seringkali bukanlah apa yang mereka ajarkan dari Alkitab, melainkan apa yang mereka tambahi di luar Alkitab maupun yang ajaran Alkitab tidak mereka ajarkan. Masing-masing ajaran yang dicap sesat memiliki interpretasi sendiri-sendiri terhadap Alkitab.
 
Gereja-gereja pada sepanjang zaman, terutama gereja-gereja di lingkungan reformasi, tetap sepakat bahwa ajaran dasar tentang keselamatan hanya bertumpu pada sola gratia, sola fide, dan sola scriptura, yaitu bahwa keselamatan hanya oleh anugerah Allah yang diterima dengan iman berdasarkan berita Alkitab.
 
Situasi Pada Waktu Itu
 
Di dalam Surat-Surat Pastoral kita dapat melihat awal tumbuhnya kredo-kredo. Kata iman (faith) berubah maknanya. Sebelumnya, selalu saja bermakna iman kepada seseorang; yakni hubungan kasih, kepercayaan dan ketaatan pribadi yang demikian erat kepada Yesus Kristus. Namun, pada waktu itu, makna kata iman telah menjadi iman kepada pengakuan, yaitu penerimaan terhadap ajaran tertentu. Boleh dikatakan, di dalam Surat-Surat Pastoral kita dapat melihat terjadinya perubahan ini.
 
Memang, akan ada orang yang meninggalkan imannya dan mengikuti ajaran-ajaran setan (1Tim. 4:1). Pelayan Yesus Kristus yang baik harus dididik di dalam firman tentang iman dan ajaran yang sehat (1Tim. 4:6). Para bidat adalah orang-orang yang bobrok akalnya dan imannya tidak tahan uji (2Tim. 3:8). Tugas Titus adalah menegor mereka agar menjadi sehat di dalam iman (Tit. 1:13).
 
Secara khusus dalam Surat-Surat Pastoral, Timotius didorong untuk memelihara “kebenaran yang telah dipercayakan kepadamu” (2Tim. 1:14). Kata Yunani untuk “yang telah dipercayakan” adalah parathēkē. Parathēkē berarti deposit yang dipercayakan kepada bankir atau seseorang untuk disimpan dengan aman. Deposit itu merupakan sesuatu yang harus dikembalikan atau dijaga agar tetap utuh. Dengan kata lain, ini tentang orthodoxy.
 
Yang berkembang pada waktu itu, bukan lagi hubungan dari hati ke hati yang erat dengan Yesus Kristus, sebagaimana bergetar dan berdenyut dalam kehidupan jemaat perdana, tetapi iman telah menjadi penerimaan terhadap kredo. Bahkan, dapat dipastikan, di dalam Surat-Surat Pastoral kita mendengar gema kredo yang paling awal:
 
 
“Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan,” (1Tim. 3:16).
 
Di bawah ini juga mirip dengan penggalan kredo yang biasa diucapkan: “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku,” (2Tim. 2:8).
 
 
Tidak diragukan lagi, di dalam Surat-Surat Pastoral terlihat jelas ada indikasi bahwa era keharusan menerima kredo telah dimulai dan era hubungan pribadi dengan Kristus Yesus mulai pudar.
 
Ciri-ciri Ajaran Sesat Yang Berbahaya
 
Jelaslah, situasi pada waktu itu yang dihadapi oleh Surat-Surat Pastoral adalah ajaran sesat yang berbahaya, yang mengancam kesejahteraan gereja Kristus. Bila kita dapat membedakan berbagai ciri ajaran sesat itu, tentu kita dapat mengidentifikasikannya.
 
Ajaran-ajaran sesat dicirikan oleh intelektualisme spekulatif. Ajaran-ajaran sesat menimbulkan berbagai persoalan (1Tim. 1:4); mereka yang terlibat ajaran itu suka mencari-cari persoalan (1Tim. 6:4); persoalan yang bodoh dan tidak layak (2Tim. 2:23); dan persoalan bodoh yang perlu dihindari (Tit. 3:9). Kata Yunani yang digunakan untuk kata “persoalan” dalam setiap kutipan ini adalah ekzētēsis, artinya “perdebatan spekulatif”. Ajaran sesat jelas merupakan tempat bermain para intelektual di dalam gereja, atau lebih tepat lagi intelektual semu dalam gereja.
 
Ajaran sesat dicirikan oleh kesombongan. Penganut ajaran sesat bersikap sombong meskipun pada kenyataannya tidak mengetahui apa-apa (1Tim. 6:4). Ada indikasi, kaum intelektual ini menempatkan diri di atas orang-orang Kristen kebanyakan.
 
Mereka berkata, keselamatan yang sempurna berada di luar genggaman orang-orang kebanyakan dan hanya terbuka bagi mereka. Beberapa kali Surat-Surat Pastoral menekankan kata “semua” dengan berbagai cara yang signifikan. Anugerah Allah yang telah membawa keselamatan telah dinyatakan kepada semua manusia (Tit. 2:11). Kehendak Allah bahwa semua manusia akan diselamatkan dan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran (1Tim. 2:4). Kaum intelektual mencoba menjadikan berkat terbesar bagi orang Kristen sebagai milik eksklusif bagi sedikit orang terpilih. Hal ini bertentangan dengan penekanan iman yang benar bahwa semua orang dirangkul oleh kasih Allah.
 
Ajaran sesat dicirikan oleh adanya dua kecenderungan yang berlawanan. Pertama, cenderung kepada asketisme. Para penganutnya mencoba mengharamkan makanan tertentu. Mereka lupa, segala sesuatu yang diciptakan Allah baik adanya (1Tim. 4:4, 5). Mereka membuar daftar segala sesuatu yang tidak suci, mereka lupa bahwa bagi orang suci segala sesuatu adalah suci (Tit. 1:15). Mereka menganggap seks sebagai sesuatu yang tidak suci maka mereka merendahkan makna pernikahan, bahkan mendorong agar mereka yang telah menikah meninggalkannya sebab di dalam Titus 2:4 terdapat penekanan bahwa kewajiban sederhana hidup pernikahan Kristen adalah tetap tinggal di dalam suatu ikatan.
 
Namun, yang kedua, ajaran sesat pun menghasilkan amoralitas. Para bidat itu bahkan menyerbu rumah-rumah pribadi dan menjerat perempuan-perempuan lemah dan bodoh ke dalam nafsu-nafsu jahat (2Tim. 3:6). Mereka mengaku mengenal Allah, namun mereka menyangkal Dia dengan perbuatan-perbuatannya (Tit. 1:16). Mereka memaksakan kehendak kepada orang lain dan mendapatkan uang untuk ajaran-ajaran mereka yang sesat. Bagi mereka, kesalehan (LAI: ibadah) adalah sumber keuntungan (1Tim. 6:5); mereka mengajar dan berbuat curang demi keuntungan (Tit. 1:11). Pada satu pihak, ajaran sesat telah menimbulkan asketisme yang tidak Kristiani, dan di pihak lain menghasilkan tindakan-tindakan amoral yang juga jelas tidak Kristiani.
 
Ajaran sesat juga dicirikan oleh cerita-cerita, dongeng-dongeng, dan silsilah. Di dalamnya penuh dengan omong kosong yang tidak suci dan pertentangan yang tidak ada gunanya (1Tim. 6:20). Ajaran itu menghasilkan silsilah yang tiada putus-putusnya (1Tim. 1:4; Tit. 3:9), mitos dan dongeng-dongeng (1Tim. 1:4; Tit. 1:14).
 
Paling tidak, dalam beberapa hal dan beberapa tataran, ajaran itu terikat dengan legalisme Yahudi. Di antaranya, perhatian dipusatkan pada masalah sunat (Tit. 1:10). Tujuan dari para bidat adalah agar mereka menjadi pengajar hukum Taurat (1Tim. 1:7). Mereka sangat menekankan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia (Tit. 1:14).
 
Akhirnya, mereka menolak kebangkitan tubuh. Mereka mengatakan, kebangkitan yang akan dialami manusia telah dialami pada saat ini (2Tim. 2:18). Mungkin mereka menganggap bahwa kebangkitan yang akan dialami oleh orang Kristen hanyalah kebangkitan spritual, yaitu ketika ia mati bersama dengan kematian Kristus dan bangkit kembali bersama-Nya dalam pengalaman pembaptisan (Rm. 6:4).
 
Memang pada Surat-Surat Pastoral disebutkan dua nama orang, yaitu Himeneus dan Aleksander, namun Paulus tidak menyebutkan dengan jelas apa yang mereka ajarkan, hanya tertulis: “mereka telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,” (1Tim. 1:19-20).
 
Dapat diidentifikasikan dalam tiga kelompok ajaran sesat atau bidat yang dilawan pada Surat-Surat Pastoral: Bidat Kristen Yahudi, Bidat Gnostik, dan Bidat Marcion.
 
Bidat Kristen Yahudi
 
Bidat ini sangat berpengaruh di era Rasul Paulus. Ada tiga pengajaran mereka yang diserang oleh Paulus:
 
a.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
 
[Titus 1:14] dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.
[Titus 3:9] Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.
[Titus 1:10] Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran.
[Titus 1:4] ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
 
Ayat-ayat di atas berasumsi adanya golongan Kristen Yahudi yang menafsirkan PL secara alegori. Misalnya, mereka berpegang pada kitab Jubilees (Pseudopigrapha 135-105 SM) yang menulis ulang kitab Kejadian dalam metode Midrashik; menekankan hari Sabat dan sunat sebagai perintah yang kekal. Mereka menempatkan PL pada posisi yang sangat tinggi, berusaha membuat suam dogma Paulus, yaitu “Injil keselamatan melalui kasih karunia Kristus karena iman (the Gospel of salvation by grace through faith in Christ)” yang sedang bersinar dan berkembang dengan pesat.
 
Mungkin sekali mereka juga menggunakan metode retorik dan interpretasi Homer, filsuf Yunani, dalam penafsiran PL; dalam pengertian ini mereka disebut golongan Gnostik, tetapi bukan dalam pengertian keagamaan (religious).
 
b.
Para Magi (lihat 2Timotius 3:6-9).
 
[3:6] Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu,
[3:7] yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran.
[3:8] Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.
[3:9] Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.
 
Diduga orang-orang ini adalah para astrolog magi, mengklaim bahwa mereka adalah pewaris Zoroastrianisme (penyembah api) dari Kasdim, Mesopotamia. Mereka belajar meramal melalui ilmu perbintangan, maka mereka menjadi sangat berpengaruh di Yunani, khususnya di tengah-tengah pengikut Pythagoras (Pythagoreans).
 
Mereka mempraktikan magi, kedukunan (sorcery), ilmu okultisme, mengusir setan (exorcism), juga daya tarik untuk merayu wanita (charms) dan mantera kutukan; menganggap bahwa semua praktik itu diperoleh dari kuasa dari atas untuk melawan kuasa kegelapan. Mereka mengaku, mereka mampu membuka rahasia alam, mampu membaca pikiran manusia dan mempraktikan hypnotism, serta menyembuhkan orang sakit, menurunkan hujan dsb. (bdn Simon Magus Kis. 8:11; Bar Yesus, Kis. 13:6-12; Ketujuh Anak Skewa, Kis. 19:14). Semuanya ini dikombinasikan dengan kosmologi Alkitabiah dan disebut oleh Paulus sebagai mythos Yahudi (Jewish myths).
 
c.
Kelompok Asketis
 
Praktik asketis ini bervariabel, ada yang pantang makanan (1Tim. 4:3), ada yang pantang minuman (1Tim. 5:23), ada juga yang pantang pernikahan (1Tim. 4:3). Larangan makanan dan minuman karena halal dan haram, ini ciri khas Yudaisme, sedangkan larangan menikah mungkin sekali pemikiran kelompok Essena. Dengan demikian sebagian dari para ahli (yang berpendapat bahwa Paulus adalah penulis surat-surat Pastoral) menduga kelompok Asketis ini adalah orang Kristen Yahudi.
 
Sedangkan sebagian lagi dari para ahli (yang menolak Paulus sebagai penulis surat-surat Pastoral) menduga bahwa kelompok Asketis ini adalah kelompok Gnostik, namun mereka juga mengakui bukan semata-mata Gnostik saja, tetapi juga ada unsur yudaistisnya, misalnya ada frasa: pengajar Hukum Taurat (1Tim. 1:7); dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia (Tit. 1:14); percekcokan dan pertengkaran tentang Hukum Taurat (Tit. 3:9); yang berpegang pada hukum sunat (Tit. 1:9), yang menunjukkan adanya unsur Yudaistis. Jadi lebih tepat jika kelompok ini juga diidentifikasi sebagai pengajar-pengajar yang berasal dari orang Kristen Yahudi.
 
Bidat Gnostik
 
Memang benar, ajaran Gnostikisme dengan hebat sekali mengancam gereja pada pertengahan abad II, namun ajaran-ajaran Gnostikisme sudah ada di zaman Paulus; di dalam surat Kolose, Paulus juga menyerang ajaran mereka. Diduga ajaran Gnostik ini berasal dan pra atau non Kristiani; suatu arus pengajaran dari Asia yang berkembang di kerajaan Romawi pada abad pertama dan kedua zaman permulaan Kristiani.
 
Ajaran mereka yang paling utama adalah membuat perbedaan yang sangat menyolok antara “Allah yang baik secara menyeluruh” dan “dunia yang jahat secara menyeluruh” (dualism kosmik). Melalui “dilahirkan baru secara mistik” (manusia yang terpilih secara khusus) bisa dilepaskan dari dunia materi yang jahat, fana, berdosa dan terbuang, masuk ke dunia yang lebih tinggi. Dalam hal inilah ajaran Gnostik mencoba melawan dan menyaingi Kristiani. Beberapa pengajaran mereka:
 
1)
Dualisme
 
2)
Keselamatan manusia adalah kelepasan roh dari tubuh materi yang memenjarakannya, sehingga ia dapat masuk ke dunia yang lebih atas.
 
3)
Dengan demikian mereka menganggap bahwa Allah Pencipta di PL adalah makhluk ilahi yang lebih rendah. Mereka menolak Alkitab PL sebagai penyataan Yang Maha Tinggi, atau mereka menafsikan PL secara alegoris, dan melaluinya memperoleh gnosis (hikmat). Sedangkan sejarah dalam PL dan cerita tentang Yesus hanya dipandang sebagai dongeng dramatis.
 
4)
Berhubung hanya roh “yang ringan” saja yang bisa naik ke sorga untuk bersatu dengan Allah, dan tubuh yang bersifat materi yang jahat, maka eskatologi Kristiani yang mula-mula harus secara radikal diubah. Kebangkitan tubuh ditolak; mereka yang sudah memiliki gnosis (hikmat) hanya menantikan saat di mana roh mereka dilepaskan dari tubuh materi yang jahat.
 
5)
Konsekuensinya adalah mereka mempraktikkan kehidupan asketis.
 
Untuk melawan ajaran ini Paulus menekankan beberapa hal:
 
1)
Hanya ada satu Allah (1Tim. 2:5 – Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus).
 
2)
Segala yang diciptakan Allah itu baik (1Tim. 4:4 – Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur).
 
3)
Kristus datang bukan melepaskan manusia dari tubuh yang jahat, tetapi melepaskan manusia dari dosa (1Tim. 1:15 – “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa”).
 
4)
Ia telah menyatakan dirinya dalam rupa manusia (1Tim. 3:16 – Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan”).
 
5)
Orang Kristen bukan bertujuan untuk menyatu dengan Kristus secara mistik, tetapi mencari keadilan, ibadah, ... dsb (1Tim. 6:11 – Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan).
 
6)
Di samping itu ia juga menyerang dongeng dan silsilah yang spekulatif dan tiada putus-putusnya (lihat 1Tim. 1:4; Tit. 3:9; 1Tim. 4:7; 2Tim. 4:4; Tit. 1:14, juga 1Tim. 6:4-5; 2Tim. 2:23).
 
7)
Paulus juga menolak interpretasi PL Gnostik (1Tim. 4:3-5); menganjurkan pembacaan Alkitab (yang dimaksud PL) di depan umum (1Tim. 4:13); mengaku akan kewibawaan PL (2Tim. 3:15-16).
 
Bidat Marcion
 
Marcion lahir di Sinope, Pontus; kehidupan normatifnya dilewati di Asia Kecil. Ia dibesarkan di gereja, sebab ayahnya adalah seorang uskup. Marcion pindah ke Roma pada tahun 138 atau 139M; aktivitas kehidupannya sebelum tinggal di Roma tidak diketahui. Pengajarannya ditolak oleh gereja pada tahun 144M. Sisa hidupnya ia gunakan untuk mempromosikan teorinya dan gerejanya. Ia mengelilingi seluruh kerajaan Romawi untuk menjadikan orang pengikut-pengikutnya dan masuk ke gerejanya.
 
Sekte Marcion adalah bidat yang sangat berkembang di pertengahan abad II. Bidat ini sangat bersemarak (versatile), sangat bersemangat (enterprising), dan sangat berencana (planful), sehingga sangat membahayakan dan menyebalkan, oleh sebab itu banyak bapa-bapa gereja yang menyerang bidat ini. Menurut Yustin Martyr pengikutnya tersebar di mana-mana, dan tentang Marcion ia berkata: “Assisted by the demons, he has caused many men of every country to blespheme.” Pada akhir abad ke II ia sangat mengancam gereja-gereja, sehingga ia dilawan oleh Dionysius dari Korintus, Irenius dan Lyons, Tertulianus dari Karthago, Hipolytus dan Rhodon dari Roma, dan Bardesanes dari Edessa.
 
Sekte ini merupakan satu-satunya gereja yang bisa mendirikan gereja bagi mereka sendiri di era Kristiani awal. Bidat-bidat lain belum pernah sampai mendirikan gereja sendiri. Dengan membangun gereja sendiri maka sekte Marcion juga membentuk organisasi gereja, mengkoordinasi uskup, penatua dan diaken; pula mengizinkan wanita mengemban jabatan gerejawi. Maka di Surat-Surat Pastoral sangat menaruh perhatian pada penilik gereja (uskup), penatua, dan diaken, bahkan secara khusus mengutarakan tentang sikap anti feminis-nya (tidak mengizinkan wanita berkhotbah atau menjadi pemimpin).
 
Pemikiran mereka kurang lebih sama dengan pemikiran Gnostik. Marcion adalah tokoh bidat Gnostikisme, oleh karena itu mereka tidak memasukkan surat Pastoral ke dalam daftar kanonnya.
 
Kesimpulan
 
Dengan mempelajari ajaran sesat yang ditentang Paulus dalam Surat-Surat Pastoral maka jelas bagi kita bahwa ajaran sesat selalu dibungkus begitu rapi sehingga banyak orang tidak menyadari kalau diri mereka sementara diperdayai, misalnya pada zaman sekarang ini adalah aliran Mormon dan saksi Yehovah. Bagaimanapun, ajaran sesat adalah ajaran yang berlawanan dengan firman Tuhan dan tidak sesuai dengan Injil.
 
Ajaran sesat tentu dikerjakan oleh mereka yang dikendalikan oleh roh-roh penyesat atau Iblis. Misi utama para penyesat adalah menjerat orang-orang yang lemah iman untuk dijadikan penganut ajaran sesat mereka. Alkitab menyatakan, pada hari-hari menjelang kedatangan Tuhan yang keduakalinya akan muncul banyak ajaran sesat, telah tertulis pada Matius 7:15-16:
 
 
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?”
 
 
Tuhan kita, Yesus Kristus, adalah Sang Mahatahu, Ia tahu yang akan terjadi kelak. Muncul pertanyaan: bagaimana agar kita tetap kuat, tidak dapat disesatkan oleh pengajar-pengajar sesat? Ingat! Setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebas (free will). Kita punya hak memilih sebagaimana bangsa Israel di perhadapkan dengan pilihan: memilih beribadah kepada Tuhan atau allah lain. Tetapi, Yosua dengan tegas berkata, “....aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” (Yos. 24:15b).
 
Ketika seseorang membuka diri untuk dijamah oleh ajaran-ajaran sesat, maka roh-roh penyesat segera bekerja di dalam diri orang itu. Berhati-hatilah, jangan lengah dan terpedaya! Paulus menasehati Timotius dan juga kita, “...jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah” (1Tim. 4:7).
 
Mari tingkatkan ibadah kita, dan tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan ibadah supaya “telinga rohani” kita semakin peka dengan ajaran-ajaran yang sehat. Semakin banyak belajar dan merenungkan firman Tuhan, pancaindera kita akan semakin terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat (Ibr. 5:14). Jangan kuatir, Roh Kudus akan menolong, membimbing dan mengurapi dengan kuasaNya, sehingga kita berani untuk menolak setiap ajaran yang tidak sesuai dengan Injil Kristus!
 
Selamat Natal 2019 dan Selamat Tahun Baru 2020.
[ Gogona Gultom ]
 
 
Daftar Pustaka
 
 
A. H. Simeon, Materi Kuliah PB 2B: Surat-Surat Pastoral (Penggembalaan), STTRI, 2016.
 
Barclay, William, The Daily Study Bible Series: The Letters to Timothy, Titus, and Philemon, The Westminster Press, 1975.
 
Budiman, R, Surat-Surat Pastoral: I, II Timotius dan Titus, BPK Gunung Mulia, 1993.
 
Daun, Pdt. Paulus, Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa, Yayasan Daun Family, Manado, 1997.
 
J. Verkuyl, Gereja dan Bidat-bidat, Badan Penerbit Kristen, Djakarta, 1962.
 
Pin It
 
 

 
Copyright © Persekutuan Studi Reformed
 
 
Persekutuan Studi Reformed
Contact Person: Sdri. Deby – 08158020418
 
About Us  |   Visi  |   Misi  |   Kegiatan